Daftar Blog Saya

Senin, 02 November 2020

Kolaborasi Sesuai Porsi, Menjadi Kata Kunci

Pengelolaan Greywater dengan kolam Sanitasi

“Tidak semua orang memiliki potensi sama. Biarlah tukang batu berpikir layaknya tukang batu. Demikian juga insinyur, biarkan dia berkontribusi sesuai kapasitasnya”. Nathan Santoso, Founder Radjoetasa mengatakan, kesamaan derajat adalah keniscayaan, atau given. Tanpa perlu dibuktikan.

Pernyataan diatas sering kita dengar memposisikan seseorang sesuai porsi yang menjadi keahliannya, menjadi pas karena kita berbeda, dan tak bisa disamaratakan. Kenenganna kennengi, lakona lakoni peribahasa Madura menyatakan itu yang bermakna posisinya tempati dan pekerjaannya kerjakan. Inilah sebenarnya yang menjadi kunci tercapainya kolaborasi.

Kolaborasi tak pernah basi, dan selalu didengungkan dalam setiap kegiatan penuntasan permasalahan permukiman kumuh Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) secara nasional, hingga level desa/ kelurahan termasuk di Kabupaten Sumenep.

Proses kolaborasi atau Collaborative tak bisa dilaksanakan begitu saja, dilakukan secara rinci bagaimana proses kolaborasi yang bersifat dinamis dan bersiklus, dengan menghasilkan tindakan-tindakan dan berdampak, sebelum mengarah pada dampak utama, serta adaptasi terhadap dampak tersebut.

Desa Pinggirpapas Kecamatan Kalianget misalnya yang hingga tahun 2020 ini masih menyisakan permasalahan kekumuhan di 5 indikator fisik dasar tanpa adanya BPM (Bantuan Pemeritah untuk Masyarakat) membuat harus berpikir lebih keras dalam hal penutasannya, dan bisa ditempuh dengan kolaborasi dalam penganggaran kegiatannya.

Pinggirpapas memiliki permasalahan yang belum tuntas di kualitas kontruksi drainase dan juga sarana prasarana pengelolaan air limbah yang tidak sesuai secara teknis. Gayung bersambut pihak Universitas Wiraraja (UNIJA) Jurusan Teknik Sipil bersama Program KOTAKU Sumenep sepakat untuk berupaya penyelesaian permasalahan ini. UNIJA dan KOTAKU yang tahun sebelumnya sudah menandatangani MoU,  memfokuskan upaya penyelesaian dengan tema yang akan diangkat oleh pihak Universitas Wiraraja yaitu Pengelolaan Greywater dengan Kolam Sanitasi.  Pihak desa yang digandeng adalah Pemerintah Desa Pinggirpapas dan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mekar Arum. Kolaborasi yang akan dilakukan di desa Pinggir Papas juga melibatkan stakeholder di tingkat desa lainnya seperti BPD, Kelompok PKK dan Karang Taruna.

Untuk mengubah kebiasaan masyarakat berperilaku buruk ke arah yang lebih baik tak cukup dengan satu kali pertemuan, diperlukan komitmen dari berbagai komponen tersebut. Keterlibatan Universitas juga sebagai sumbangsih pemikiran lewat pengabdian masyarakat, merupakan salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pemerintah Desa sebagai pemegang kendali, sebagai nahkoda akan membawa kemana masyarakat berlabuh, lewat visi dan misi desa. Kelompok Masyarakat (BKM, BPD, PKK, Karang Taruna) merupakan agen perubahan, corong untuk penyadaran masyarakat dalam penuntasan permukiman kumuh di Desa Pinggirpapas.


Jumat, 16 Oktober 2020 tepat jam 06.00 wib berkumpul di balai desa Pinggirpapas untuk melakukan kerja bakti pengelolaan greywater pada saluran drainase, dengan cara penanaman jenis tanaman air. Tanaman yang digunakan adalah 100 unit tanaman Kana dan 100 unit tanaman Melati Air. Lokasi yang dipilih Dusun Kauman memiliki saluran air lumayan besar dan kepadatan penduduk padat, dengan harapan limbah rumah tangga yang masuk pada saluran tersebut dapat diserap dan diproses secara alamiah oleh tanaman air tersebut, sehingga air di hulu saluran dapat dimanfaatkan untuk aktifitas menyiram tanaman dan segala sesuatu non konsumsi. Kegiatan tersebut diawali dengan olah raga bersama, yang dihadiri oleh pemerintah desa, kelompok-kelompok masyarakat (BKM Mekar Arum, BPD, PKK dan Karang Taruna), Tim KOTAKU Sumenep dan dari Pihak UNIJA Jurusan Teknis Sipil dihadiri Dekan Cholilul Chayati bersama mahasiswanya dan membawa tanaman yang akan ditanam. Kebetulan juga di desa Pinggir Papas ada mahasiswa Universitas Muhamadiyah Malang yang saat ini sedang melakukan praktik kuliah kerja nyata.
Tak ada yang mustahil dilakukan untuk mengubah wajah permukiman dan perilaku masyarakat jika dikerjakan bersama-sama dengan tupoksi sesuai dengan kapasitasnya. Akademisi berpikir secara ilmiah dan penelitiannya, pihak pemerintah desa merumuskan, menganggarkan dalam pentahapannya, dan kelompok masyarakat menjadi agen perubahan menyebarluaskan virus kebaikan penuntasan permukiman kumuh di desa Pinggirpapas. Sehingga apa yang dicita-citakan bersama dapat terwujud.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  BKM 'Estu' Desa Marengan Daya  Berikan Bansos Bagi Warga Miskin dan Lansia Rabu, ( 27/04 ) Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Es...